Popular Posts

Sunday 15 October 2017

Imam An-Nawawi

Imam An-Nawawi
   Nama lengkap Imam An-Nawawi adalah Muhyiddin Abu Zakaria bin Syaraf bin Murri bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jumu'ah bin Hizam. Beliau ahli fikih madzhab Asy-Syafi'i, seorang hafizh dan zuhud, An-Nawawi.
   Imam An-Nawawi lahir pada bulan Muharram tahun 631 H di Nawa (sebuah negeri kecil di distrik Hairan, terletak 2 mil dari Damaskus. Sekarang daerah ini menjadi ibu kota Jaulan). Pada tahun 649 H An-Nawawi kecil berangkat ke Damaskus dan belajar di Madrasah Ar-Ruwahiah. Beliau menuturkan, "Sudah sekitar dua tahun aku belajar dengan sangat giat. Aku hanya fokus ke Madrasah, tidak yang lain. Kitab At-Tanbih berhasil aku hafal seperempat kitab Al-Muhadzadzab.
Segera aku memperdalam keilmuan kepada Syaikh Kamaluddin Ishaq Al-Maghribi. Aku berguru kepada beliau. Beliau bangga dan kagum padaku, sehingga menjadikanku sebagai teladan bagi kebanyakan jamaahnya. Pada tahun 651 H aku menunaikan ibadah haji bersama bapakku. Saat itu bertepatan dengan hari Jum'at."
    As-Subki menceritakan; Guru beliau, Yasin bin Yusuf Al-Marakisyi mengisahkan, "Aku pernah melihat Syaikh Muhyiddin saat dia berusia 10 tahun. Anak-anak kecil seusianya tidak mau bermain dengannya. Dia lari sambil menangis karena diperlakukan seperti itu. Dalam kondisi seperti ini dia tetap rajin membaca Al-Qur'an. Hatiku mulai suka dengan anak ini. Bapaknya selalu mengajak An-Nawawi kecil ke kedainya. Kesibukan jual beli tidak melenakannya dari Al-Qur'an. Suatu hari, aku menemui guru Al-Qur'an Muhyiddin, lalu berpesan kepadanya.'Anak kecil ini kelak akan menjadi orang yang paling alim dan paling zuhud pada masanya. Orang-orang akan menuntut ilmu kepadanya.' 'Apa engkau tukang ramal?' tanya heran. 'Bukan, Allah mengisyaratkan itu padaku.' Jawabku. Dia menceritakan hal itu kepada bapaknya. Bapaknya pun semakin kuat memotivasi Muhyiddin untuk terus belajar, hingga dia berhasil menghafalkan Al-Qur'an menjelang usia baligh."

Guru Imam An-Nawawi
    Imam An-Nawawi berguru kepada Ar-Radhi bin Al-Burhani, maha guru Abdul Aziz bin Muhammad Al-Anshari, Zainuddin Abdul Dayim, Imaduddin Abdul Karim bin Al-Anshari, dan lain-lain. Beliau secara khusus mendalami fikih kepada Ishaq Al-Maghribi dan Syamsuddin Abdurrahman bin Nuh.
    Beliau belajar Nahwu kepada Syaikh Ahmad Al-Mishri dan guru yang lain. Membacakan salah satu kitab karyanya dihadapan Ibnu Malik, dan mendengar langsung Al-Kutub As-Sittah, Al-Musnad, Al-Muwaththa, Sunan Ad-Daruqutni, Syarh As-Sunnah li Al-Baghawi, dan kitab lainnya.
    Adz-Dzahabi menceritakan; Syaikh kami Abu Al-Hasan, Al-Aththar mengisahkan bahwa Syaikh Muhyiddin pernah menuturkan kepadanya, setiap hari dia membacakan 12 pelajaran di hadapan guru-gurunya dalam bentuk penjelasan dan tashih. Yaitu, dua pelajaran dalam kitab Al-Wasith, satu pelajaran dalam AL-Muhadzdzab, satu pelajaran dalam Al-Jam'baina Ash-Shahihain, satu pelajaran dalam Shaih Muslim, satu pelajaran dalam Al-Luma karya Ibnu Jinni, satu pelajaran dalam Ishlah Al-Manthiq susunan Ibnu As-Sakit, satu pelajaran dalam bidang tashrif, satu pelajaran ushul fikih, satu pelajaran tentang Asma'ur Rijal, satu pelajaran dalam bidang ushuluddin.
    Imam An-Nawawi mulai Produktif menulis pada tahun 660-an, ketika memasuki usia 30-an. Disamping memiliki ilmu yang mendalam dan wawasan yang luas tentang hadits, fikih, lughat, dan keilmuan lainnya dibutuhkan banyak orang, An-Nawawi juga menjadi pionir sikap zuhur, teladan sikap wara', tidak ada tandingannya soal amar makruf nahi munkar, qona'ah dan menerima sepenuh hati sedikit rezeki, hanya menharap ridho Allah, dan hidup sederhanandalam soal pakaian, makanan, perabotan. Beliau sosok yang tenang dan berwibawa.

Karya An-Nawawi
    Diantara masterpiece Imam An-Nawawi yaitu Syarh Al-Muhadzdzab li Asy-Syiraji (tidak sampai selesai karena beliau meninggal dunia), Minthaj Ath-Thalibin (Kajian fikih Asy-Syafi'i), Syarh Shahih Muslim, Al-Adzkar, Al-Arba'un Haditsan An-Nawawiyah, Riyadh Ash-Shalihin, dan lain-lain.
    Menjelang Wafatnya, An-Nawawi mengunjungi Al-Quds dan Al-Khalil, kemudian kembali ke Nawa. Beliau kemudian jatuh sakit dan dirawat oleh orang tuanya. Akhirnya beliau tutup usia pada hari Selasa malam Rabu, 14 Rajab tahun 676 H, dan dimakamkan ditanah kelahirannya. Semoga Allah merahmati beliau dan meluhurkan derajatnya di surga.



Dikutip dari kitab RIYADHUS SHALIHIN

No comments:

Post a Comment

BERSHOLAWAT

Beberapa di antara khasiat sholawat yang dibaca secara rutin dan   konsisten, baik dalam hal jumlah maupun waktu membacanya, a...