Allah SWT tidak akan pernah memberikan ujian dan cobaan kepada para hamba-Nya di luar batas kemampuan si hamba yang bersangkutan. Dia yang menciptakan hambanya, Dia juga yang menganugerahkan segenap potensi dan kemampuan hamba yang bersangkutan.
Dia yang Yang Mahatahu atas segalanya, baik yang
sebesar-besarnya maupun sekecil-kecilnya; baik yang terlihat secara jelas
terang benderang, yang terlihat samar-samar temaram, maupun yang tersembunyi
dalam kegelapan malam yang super duper gulita tanpa pelita secercah pun.
Singkat kata, Dia tidak pernah salah dalam menilai kemampuan masing-masing hamba-Nya. Dia selalu tahu
dengan pasti kondisi para hamba-Nya secara detail teliti satu persatu. Sangat
hebat bukan? Sementara jumlah manusia di bumi ini saja miliaran.
Sekali lagi, Dia Mahatahu dan Mahaadil. Tidak akan mungkin
Dia memberikan sebuah ujian hidup yang terdiri atas soal-soal kehidupan yang
sedemikian pelik, yang “materinya” belum pernah diajarkan-Nya sama sekali pada
kita. Kalau kita belum mampu menemukan “jawabanya” atau cara jitu untuk
mengatasinya, itu hanya soal waktu; kita hanya belum mampu mencerna materi-materi
yang telah diberitahukan-Nya melalui berbagai firman dan kejadian. Iya, kita
hanya belum menemukan “bab” yang membahas solusi jawaban dari soal-soal
ujian-Nya. Pasti demikian itu adanya.
Harus diakui, kadang kala bahkan butuh waktu yang sangat
lama untuk menemukan jawabanya. Rasanya kita sudah membolak-balik lembaran
hidup dan pengetahuan yang kita punya, tetapi “bab” yang berisi jawaban itu
seolah-olah tertutup tabir tebal sehingga kita tidak melihatnya. Padahal,
sebenarnya kita sudah bolak-balik melewatinya.
Jika anda juga saya merasakan bahwa “soal ujian kehidupan”
yang diberikan-Nya kepada kita teramat sangat sulit, sampai tak tertahankan
lagi rasanya, lebih baik kita cepat-cepat mengingat rumusan diatas itu; bahwa
Dia tidak akan memberikan “soal” yang Dia perkirakan kita tidak mampu
menyelesaikannya. Yakinlah pada rumusan tersebut. Yakinkan hati, yakinkan diri!
Dia pasti tahu bahwa kita mampu. Dia tahu, tapi menunggu. Menunggu apa?
Menunggu apa lagi kalau bukan menunggu usaha dan upaya keras kita dalam
menyelesaikan “soal-soal ujian kehidupan” dari Nya itu?
Jadi, Tanamkan lagi, lagi dan lagi bahwa kita ini dianggap
istimewa oleh Nya. Oleh sebab itu, kita diberi ujian berat, yang mungkin jauh lebih
berat daripada orang lain disekitar kita. Tapi jangan lupa, bisa jadi pula
sebenarnya masih kalah berat dari sebagian orang lainnya lagi.
Perlahan namun pasti kita mesti menancapkan keyakinan akan “keistimewaan”
tersebut dihati kita sendiri. Bukan untuk dijadikan sebagai sarana sok-sokan.
Bukan, sama sekali bukan. Ini hanya untuk memberikan suatu terapi kekuatan
mental. Supaya kita mampu bertahan dalam menghadapi segala seluk-beluk ujian
dan cobaan berat-Nya, itu saja.
Pikiran dan keyakinan yang demikian itu akan membuat kita
lebih berpikir positif. Nah, pikiran positif itu insya Allah akan membuat kita
terhindar dari sikap salah. Sikap salah yang bagaimana? Yakni menuduh Tuhan
sebagai pencipta telah berlaku tidak adil karena merasa Dia selalu memberi
cobaan dan ujian yang berat-berat kepada kita jika dibandingkan dengan cobaan
dan ujian yang diberikan-Nya kepada orang lain.
Diam-daim, boleh kita sedikit merasa GR bahwa Tuhan terlalu
mencintai kita sehingga sering kali menguji kecintaan kita kepada-Nya melalui
berbagai soal kehidupan yang pelik-pelik. Bolehlah kita berperasangka baik
bahwa kita dikasih soal yang terlalu sukar sebab Dia ingin kita “naik kelas”
dengan nilai istimewa, excelent! Diatahu
bahwa kita mampu. Hanya saja, kita justru belum ngeh bahwa kita punya kemampuan untuk lulus dari ujian kehidupan
yang sukar itu dengan nilai memukau, memuaskan.
Yeah, ini bukannya mengajarkan kesombongan yang akut yaa...
Ini hanya merupakan sebuah trik untuk menguatkan hati kita dalam panjangnya
perjuangan demi menghalau kepungan prasangka buruk.
La Tahzan Forever
No comments:
Post a Comment